Sebagai calon guru penggerak,
penting untuk membangun budaya positif di kelas dan lingkungan sekolah. Guru
penggerak dapat menumbuhkan budaya positif kebersamaan di kelas menjadi budaya
positif sekolah dan menjadi visi sekolah. Penerapan aksi nyata budaya positif
dapat menjadi motivasi bagi calon guru penggerak. Peran guru penggerak adalah
menjadi pemimpin dalam pembelajaran, menggerakkan komunitas praktisi, dan
menjadi coach bagi guru. Dalam membangun budaya positif, guru penggerak harus
memiliki keyakinan kelas yang kuat. Dengan membangun budaya positif, diharapkan
dapat menciptakan lingkungan belajar yang kondusif dan menyenangkan bagi siswa,
sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar dan prestasi akademik siswa.
Budaya positif dan
mengapa penting diterapkan di sekolah
Budaya positif adalah suatu
pembiasaan yang bernilai positif yang mampu menumbuhkan karakter siswa. Budaya
positif perlu dibangun dalam suatu kelas dan lingkungan sekolah. Budaya sekolah
merupakan nilai-nilai dan keyakinan-keyakinan yang dibangun dalam jangka waktu
lama yang tercermin pada sikap keseharian seluruh komponen. Membangun budaya
positif di sekolah sangat penting karena dapat menumbuhkan karakter siswa,
meningkatkan motivasi belajar dan prestasi akademik siswa, menciptakan
lingkungan belajar yang kondusif dan menyenangkan bagi siswa, serta menciptakan
lingkungan sekolah yang humanis dan bermartabat. Sebagai calon guru penggerak,
penting untuk membangun budaya positif di kelas dan lingkungan sekolah. Guru
penggerak dapat menumbuhkan budaya positif kebersamaan di kelas menjadi budaya
positif sekolah dan menjadi visi sekolah.
Budaya sekolah yang positif
adalah lingkungan yang kondusif yang mendorong kepuasan profesional, moral, dan
keefektifan bagi guru dan siswa. Ini inklusif, berfokus pada siswa, dan terbuka
untuk pembelajaran. Budaya sekolah yang positif memungkinkan keterlibatan siswa
yang tinggi, memperkuat moral staf, dan meningkatkan pembelajaran siswa. Ini
adalah budaya yang dibangun di atas landasan asumsi normatif, nilai-nilai, dan
impian kolektif komunitas sekolah. Budaya positif di sekolah bukan hanya
tentang menciptakan lingkungan belajar yang baik tetapi juga tentang
menciptakan lingkungan pengajaran yang baik. Merupakan budaya yang dibangun
dari kebiasaan-kebiasaan positif yang kecil, sederhana, dan berkelanjutan yang
dapat dipraktikkan secara kolektif oleh warga sekolah. Tujuannya adalah untuk
menciptakan lingkungan belajar yang humanistik dan bermartabat yang
mempromosikan pembentukan karakter dan keunggulan akademik.
Contoh Praktik Budaya Sekolah
yang Positif
Ada beberapa contoh praktik
budaya sekolah positif yang dapat diterapkan di sekolah. Pertama, membangun
budaya inklusivitas, di mana semua siswa merasa dihargai dan dihormati, dapat
membantu menciptakan budaya sekolah yang positif. Kedua, mencontohkan perilaku
dan pemikiran positif dapat membantu menciptakan efek riak yang mereplikasi
sifat tindakan untuk semua orang yang mengamatinya. Ketiga, menetapkan tujuan
yang meningkatkan harapan sekolah dapat membantu menciptakan budaya keunggulan
dan prestasi. Keempat, mempromosikan budaya kolaborasi dan kerja tim dapat
membantu menciptakan rasa kebersamaan dan memiliki di antara siswa dan staf.
Kelima, menekankan pembangunan karakter dan pendidikan nilai dapat membantu
menciptakan budaya hormat, tanggung jawab, dan integritas. Akhirnya,
menciptakan budaya inovasi dan kreativitas dapat membantu menumbuhkan kecintaan
belajar dan semangat eksplorasi di kalangan siswa. Praktik-praktik ini dapat
membantu menciptakan budaya sekolah yang positif yang mendorong pembelajaran
siswa, moral staf, dan kepuasan profesional.
Praktik Inklusif dalam Budaya Sekolah
yang Positif
Praktik inklusif dalam budaya
sekolah yang positif dapat mengambil banyak bentuk. Salah satu contohnya adalah
menciptakan lingkungan kelas yang ramah dan menerima semua siswa, tanpa
memandang latar belakang atau kemampuannya. Guru juga dapat menggunakan
strategi pengajaran inklusif yang melayani gaya dan kemampuan belajar yang
berbeda. Contoh lain adalah mempromosikan keragaman dan kesadaran budaya
melalui kurikulum dan kegiatan sekolah. Ini dapat mencakup merayakan hari libur
budaya yang berbeda, mengundang pembicara tamu dari berbagai latar belakang,
dan memasukkan beragam literatur ke dalam kurikulum. Praktik inklusif juga
dapat melibatkan penciptaan peluang untuk suara dan partisipasi siswa, seperti
konferensi yang dipimpin siswa atau organisasi kesiswaan. Selain itu,
menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung bagi siswa menjadi aspek penting
dari praktik inklusif. Secara keseluruhan, praktik inklusif dalam budaya
sekolah yang positif melibatkan penciptaan lingkungan di mana semua siswa
merasa dihargai, dihormati, dan didukung dalam pembelajaran dan pertumbuhan
pribadi mereka.
Guru dapat Mencontohkan Perilaku
Positif di Dalam Kelas
Guru dapat mencontohkan perilaku
positif di kelas dengan beberapa cara. Pertama, mereka dapat mencontohkan
perilaku dan pemikiran yang positif dan memotivasi dengan melepaskan diri dari
pola pikir negatif dan mencari kebaikan dalam diri orang dan situasi. Kedua,
mereka dapat menciptakan lingkungan kelas yang ramah dan menerima semua siswa,
terlepas dari latar belakang atau kemampuannya. Ketiga, mereka dapat
menggunakan strategi pengajaran inklusif yang melayani gaya dan kemampuan
belajar yang berbeda. Keempat, mereka dapat menetapkan tujuan yang bermakna
yang meningkatkan harapan semua orang, termasuk staf, siswa, dan orang tua.
Kelima, mereka dapat mempromosikan pembentukan karakter dan pendidikan nilai
dengan memasukkannya ke dalam kurikulum dan mencontohkannya dalam perilaku
mereka sendiri. Terakhir, mereka dapat menciptakan peluang untuk suara dan
partisipasi siswa, seperti konferensi yang dipimpin siswa atau pemerintahan siswa,
untuk mempromosikan rasa kebersamaan dan rasa memiliki di antara siswa. Dengan
mencontohkan perilaku positif, guru dapat menciptakan budaya kelas yang positif
yang mendorong pembelajaran siswa, moral staf, dan kepuasan profesional.
Tindakan Khusus yang Dapat Dilakukan
Guru untuk Mencontohkan Perilaku Positif
Guru dapat mengambil beberapa
tindakan khusus untuk mencontohkan perilaku positif di kelas. Pertama, mereka
dapat mencontohkan perilaku dan pemikiran yang positif dan memotivasi dengan
melepaskan diri dari pola pikir negatif dan mencari kebaikan dalam diri orang
dan situasi. Kedua, mereka dapat menciptakan lingkungan kelas yang ramah dan
menerima semua siswa, terlepas dari latar belakang atau kemampuannya. Ketiga,
mereka dapat menggunakan strategi pengajaran inklusif yang melayani gaya dan
kemampuan belajar yang berbeda. Keempat, mereka dapat menetapkan tujuan yang
bermakna yang meningkatkan harapan semua orang, termasuk staf, siswa, dan orang
tua. Kelima, mereka dapat mempromosikan pembentukan karakter dan pendidikan
nilai dengan memasukkannya ke dalam kurikulum dan mencontohkannya dalam
perilaku mereka sendiri. Keenam, mereka dapat menciptakan peluang untuk suara
dan partisipasi siswa, seperti konferensi yang dipimpin siswa atau pemerintahan
siswa, untuk mempromosikan rasa kebersamaan dan rasa memiliki di antara siswa.
Terakhir, mereka dapat menggunakan penguatan positif untuk mendorong dan
memotivasi siswa, seperti memuji perilaku dan usaha yang baik, dan memberikan
umpan balik yang konstruktif. Dengan melakukan tindakan khusus ini, guru dapat
mencontohkan perilaku positif dan menciptakan budaya kelas yang positif yang
mendorong pembelajaran siswa, moral staf, dan kepuasan profesional.
Guru dapat Mendorong Siswa
untuk Mengadopsi Perilaku Positif
Guru dapat mendorong siswa untuk
mengadopsi perilaku positif dalam beberapa cara. Pertama, mereka dapat
mencontohkan perilaku dan pemikiran positif dengan melepaskan diri dari pola
pikir negatif dan mencari kebaikan dalam diri orang dan situasi. Kedua, mereka
dapat menciptakan lingkungan kelas yang ramah dan menerima semua siswa,
terlepas dari latar belakang atau kemampuannya. Ketiga, mereka dapat
menggunakan strategi pengajaran inklusif yang melayani gaya dan kemampuan
belajar yang berbeda. Keempat, mereka dapat menetapkan tujuan yang bermakna
yang meningkatkan harapan semua orang, termasuk staf, siswa, dan orang tua.
Kelima, mereka dapat mempromosikan pembentukan karakter dan pendidikan nilai
dengan memasukkannya ke dalam kurikulum dan mencontohkannya dalam perilaku
mereka sendiri. Keenam, mereka dapat menciptakan peluang untuk suara dan
partisipasi siswa, seperti konferensi yang dipimpin siswa atau pemerintahan
siswa, untuk mempromosikan rasa kebersamaan dan rasa memiliki di antara siswa.
Terakhir, mereka dapat menggunakan penguatan positif untuk mendorong dan
memotivasi siswa, seperti memuji perilaku dan usaha yang baik, dan memberikan
umpan balik yang konstruktif. Dengan mengambil tindakan ini, guru dapat
mendorong siswa untuk mengadopsi perilaku positif dan menciptakan budaya kelas
yang positif yang mendorong pembelajaran siswa, moral staf, dan kepuasan
profesional.
Dalam penerapan budaya positif,
calon guru penggerak perlu mengedepankan sikap optimis, sabar, dan penuh
semangat. Selain itu, calon guru penggerak juga perlu memiliki kemampuan untuk
memotivasi peserta didik agar termotivasi dalam belajar dan memiliki sikap yang
positif dalam kehidupan sehari-hari. Dengan menerapkan budaya positif dalam
kehidupan sehari-hari, calon guru penggerak dapat memberikan dampak positif
bagi perkembangan peserta didik.