Salam dan Bahagia!
Apa itu Supervisi berbasis Coaching untuk guru? Supervisi Guru berbasis Coaching adalah pendekatan yang menempatkan Kepala Sekolah sebagai fasilitator dan mitra bagi guru, alih-alih hanya sebagai penilai atau pengawas.
Pendekatan ini berfokus pada pengembangan profesional guru secara mandiri dan berkelanjutan, dengan menggunakan prinsip dan teknik coaching (pembinaan).
Model GROW dalam Supervisi
Model GROW terdiri dari empat tahapan utama, yang menjadi panduan bagi Kepala Sekolah (sebagai Coach) untuk berinteraksi dengan Guru (sebagai Coachee):
1. Goal (Tujuan)
Fase ini berfokus pada apa yang ingin dicapai oleh guru. Kepala Sekolah membantu guru memperjelas dan menentukan tujuan spesifik (hasil ideal) dari sesi coaching atau dari peningkatan praktik mengajarnya.
Peran Kepala Sekolah | Contoh Pertanyaan Kunci |
Membantu merumuskan tujuan yang SMART (Spesifik, Terukur, Dapat Dicapai, Relevan, Waktu Terbatas). | “Apa yang ingin Anda capai di akhir sesi kita ini?” |
“Indikator keberhasilan apa yang akan Anda gunakan untuk tahu bahwa tujuan ini tercapai?” | |
“Idealnya, seperti apa hasil dari pembelajaran yang akan datang?” |
2. Reality (Kenyataan/Realita Saat Ini)
Fase ini berfokus pada situasi saat ini. Kepala Sekolah membantu guru mengeksplorasi dan menganalisis secara objektif kondisi terkini, tantangan yang dihadapi, dan sumber daya yang dimiliki.
Peran Kepala Sekolah | Contoh Pertanyaan Kunci |
Mendorong refleksi mendalam dan jujur tentang situasi yang terjadi. | “Apa yang sebenarnya terjadi di kelas Anda saat ini?” |
“Apa tantangan terbesar yang Anda hadapi dalam mencapai tujuan tadi?” | |
“Sumber daya atau dukungan apa yang sudah Anda miliki saat ini?” |
3. Options (Pilihan/Opsi Solusi)
Fase ini mendorong brainstorming dan eksplorasi berbagai kemungkinan solusi atau strategi untuk menutup kesenjangan antara Tujuan (G) dan Kenyataan (R).
Peran Kepala Sekolah | Contoh Pertanyaan Kunci |
Mendorong pemikiran kreatif dan non-direktif. | “Apa saja pilihan yang bisa Anda ambil untuk mengatasi tantangan tersebut?” |
“Jika tidak ada batasan, ide gila apa yang mungkin bisa Anda coba?” | |
“Dari opsi-opsi itu, mana yang paling menarik untuk Anda coba?” |
4. Will / Way Forward (Keinginan/Rencana Aksi)
Fase terakhir ini mengubah opsi menjadi komitmen dan rencana aksi yang konkret. Kepala Sekolah membantu guru merumuskan langkah-langkah spesifik, kapan dan bagaimana ia akan melaksanakan rencana tersebut.
Peran Kepala Sekolah | Contoh Pertanyaan Kunci |
Memastikan komitmen dan langkah-langkah yang jelas. | “Langkah pertama apa yang akan Anda ambil?” |
“Kapan persisnya Anda akan mulai melaksanakan rencana ini?” | |
“Dukungan apa yang Anda butuhkan dari saya atau rekan lain untuk menjalankan rencana ini?” |
Model GROW ini memastikan bahwa solusi berasal dari guru itu sendiri, yang meningkatkan rasa kepemilikan dan tanggung jawab, sehingga perubahan yang dilakukan lebih berkelanjutan.
Poin Kunci Supervisi Berbasis Coaching
Berikut adalah perbandingan dan elemen-elemen penting dari supervisi berbasis coaching:
Aspek | Supervisi Berbasis Coaching | |
Fokus Utama | Penilaian, kepatuhan, dan temuan kekurangan. | Pengembangan diri guru, pemecahan masalah mandiri, dan eksplorasi potensi. |
Peran Kepala Sekolah | Pengawas, penilai, dan pemberi solusi/instruksi. | Fasilitator, pendengar aktif, dan mitra berpikir. |
Metode Kunci | Observasi, checklist, dan pemberian umpan balik direktif. | Pertanyaan reflektif yang kuat, mendengarkan aktif, dan perencanaan aksi oleh guru. |
Tujuan Akhir | Memastikan standar terpenuhi. | Menciptakan kesadaran, tanggung jawab, dan kemandirian guru dalam meningkatkan praktik pengajaran. |
Tujuan Utama
Tujuan dari supervisi berbasis coaching adalah:
- Mendorong Refleksi: Kepala Sekolah mengajukan pertanyaan yang memancing guru untuk merenungkan praktik pengajaran mereka, mengidentifikasi tantangan, dan menemukan solusi mereka sendiri.
- Meningkatkan Kemandirian: Guru didorong untuk mengambil tanggung jawab atas pengembangan profesional mereka dan menjadi problem solver yang efektif.
- Membangun Hubungan Positif: Menciptakan iklim kepercayaan dan kolaborasi antara Kepala Sekolah dan guru.
- Fokus pada Potensi: Membantu guru menyadari dan memanfaatkan kekuatan serta potensi terbaik mereka.
Siklus Pelaksanaan (Contoh Sederhana)
Supervisi berbasis coaching biasanya melibatkan serangkaian tahapan yang bersifat kemitraan, seringkali menggunakan model coaching seperti GROW (Goal, Reality, Options, Will):
- Pra-Observasi (Coaching Awal)
- Kepala Sekolah dan guru berdiskusi tentang tujuan spesifik yang ingin dicapai guru dalam pembelajaran yang akan diobservasi (Goal).
- Guru mengidentifikasi kenyataan saat ini dan tantangan yang mungkin dihadapi (Reality).
- Observasi
- Kepala Sekolah mengamati pembelajaran di kelas dengan fokus pada tujuan yang disepakati di awal.
- Kepala Sekolah mencatat data faktual, bukan penilaian.
- Pasca-Observasi (Coaching Inti)
- Ini adalah sesi coaching formal:
- Kepala Sekolah bertanya dan mendengarkan pandangan guru tentang pelaksanaan kelas.
- Guru diajak mengeksplorasi pilihan atau strategi berbeda untuk perbaikan (Options).
- Guru membuat rencana aksi yang spesifik dan berkomitmen untuk melakukannya (Will).
- Tindak Lanjut
- Guru melaksanakan rencana aksi.
- Kepala Sekolah memberikan dukungan dan memantau kemajuan, siap untuk sesi coaching berikutnya.
Intinya, dalam pendekatan ini, Kepala Sekolah tidak memberi tahu guru apa yang harus dilakukan, melainkan membantu guru menemukan solusi terbaik bagi diri dan murid-muridnya.
Baik, mari kita coba simulasikan penerapan Model GROW dalam sebuah skenario supervisi berbasis coaching.
Skenario
Guru: Ibu Rina, seorang guru Matematika kelas 7. Kepala Sekolah: Bapak Budi (sebagai Coach). Masalah (Kenyataan Awal): Ibu Rina merasa murid-muridnya kurang terlibat (pasif) dalam pembelajaran matematika, dan hasil tugas mereka menunjukkan pemahaman yang dangkal.
Simulasi Penerapan Model GROW
1. Goal (Tujuan)
Bapak Budi (KS): "Terima kasih Bu Rina sudah hadir. Berdasarkan observasi dan catatan yang Anda sampaikan, jika sesi coaching ini berhasil, apa hasil spesifik yang ingin Anda capai terkait dengan partisipasi dan pemahaman siswa di kelas Anda?"
Ibu Rina (Guru): "Saya ingin setidaknya 80% siswa aktif bertanya, menjawab, atau berdiskusi selama pelajaran. Dan saya ingin melihat peningkatan 15% pada nilai rata-rata tugas yang membutuhkan analisis, bukan sekadar hitungan."
Bapak Budi (KS): "Itu tujuan yang sangat jelas. Jadi, tujuan kita adalah peningkatan partisipasi aktif dan pemahaman analisis. Mari kita lanjutkan ke tahap berikutnya."
2. Reality (Kenyataan Saat Ini)
Bapak Budi (KS): "Saat ini, Anda mengatakan siswa kurang terlibat. Apa persisnya yang Anda lihat di kelas yang membuat Anda menyimpulkan demikian? Coba ceritakan datanya."
Ibu Rina (Guru): "Saya lihat hanya 3-4 siswa yang selalu merespons. Ketika saya bertanya kepada siswa lain, mereka diam atau menjawab seadanya. Selain itu, ketika saya menggunakan metode diskusi kelompok, hanya 1-2 anak yang bekerja, sisanya mencatat atau bermain."
Bapak Budi (KS): "Menarik. Dan, menurut pengamatan Anda sendiri, metode mengajar apa yang sudah Anda terapkan selama ini? Apa yang berhasil dan apa yang belum?"
Ibu Rina (Guru): "Saya sudah sering menggunakan presentasi, lalu memberikan latihan soal di papan tulis. Kadang saya pakai diskusi kelompok kecil, tapi seperti yang tadi saya bilang, kurang efektif. Yang berhasil, kalau saya kasih contoh soal yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari, mereka antusias sebentar."
3. Options (Pilihan Solusi)
Bapak Budi (KS): "Oke, kita punya tantangan dan sedikit petunjuk. Sekarang, mari kita eksplorasi. Apa saja pilihan atau strategi yang terpikir oleh Anda untuk membuat sisa 80% siswa itu terlibat aktif dan meningkatkan pemahaman mereka?"
Ibu Rina (Guru): "Mungkin saya harus mengurangi porsi ceramah. Saya bisa mencoba menerapkan permainan atau kuis agar lebih seru. Atau, saya bisa mencoba metode Think-Pair-Share agar setiap anak wajib berpikir dan berinteraksi. Saya juga terpikir untuk mencoba media pembelajaran visual yang lebih banyak."
Bapak Budi (KS): "Bagus sekali, Bu Rina, Anda punya tiga pilihan: permainan/kuis, Think-Pair-Share, dan media visual. Jika Anda harus memilih satu yang memiliki dampak paling cepat dan besar, pilihan mana yang paling resonan bagi Anda saat ini?"
Ibu Rina (Guru): "Saya rasa menerapkan Think-Pair-Share lebih mudah diimplementasikan besok lusa. Setiap anak dipaksa untuk berpikir sendiri, lalu berdiskusi dengan satu teman, baru kemudian kami bahas bersama. Ini akan meningkatkan keterlibatan individu."
4. Will / Way Forward (Rencana Aksi)
Bapak Budi (KS): "Luar biasa. Anda telah memilih Think-Pair-Share. Sekarang, mari kita buat rencana aksinya. Langkah konkret pertama apa yang akan Anda lakukan untuk mengimplementasikan metode ini minggu depan?"
Ibu Rina (Guru): "Saya akan memilih topik materi yang tepat yang memicu perdebatan kecil, lalu saya akan mempersiapkan lembar panduan yang memuat pertanyaan pemicu untuk sesi Think (berpikir individu)."
Bapak Budi (KS): "Kapan Anda akan mempersiapkan lembar panduan itu?"
Ibu Rina (Guru): "Saya akan menyelesaikannya Besok sore, setelah jam mengajar."
Bapak Budi (KS): "Baik. Dan apa yang bisa saya lakukan sebagai Kepala Sekolah untuk mendukung Anda dalam pelaksanaan Think-Pair-Share ini?"
Ibu Rina (Guru): "Mungkin saya bisa minta Bapak untuk mengobservasi kelas saya minggu depan fokus pada bagaimana siswa yang pasif merespons metode baru ini, dan berikan umpan balik spesifik tentang itu."
Bapak Budi (KS): "Siap. Saya akan jadwalkan observasi untuk hari X, dan kita akan bertemu lagi untuk coaching pasca-observasi. Selamat berproses, Bu Rina!"
Simulasi ini menunjukkan bagaimana Kepala Sekolah tidak memberikan instruksi, tetapi mengajukan pertanyaan kuat yang membuat Guru (Ibu Rina) menganalisis masalah, menemukan solusi, dan berkomitmen pada rencana aksi mereka sendiri.
Demikian semoga bermanfaat!
.png)

Tidak ada komentar:
Posting Komentar