Hari Guru Nasional kembali menyapa. Di tengah sorak-sorai dan ucapan selamat, saya berdiri di depan cermin, bukan mencari pantulan sosok pahlawan tanpa tanda jasa yang diagungkan, melainkan seorang individu yang masih bergumul dengan label "guru yang hebat."
Mungkin, idealnya, seorang guru adalah mercusuar yang sinarnya tak pernah goyah, gudang ilmu yang tak pernah kering, atau figur bijaksana yang selalu memiliki jawaban sempurna. Namun, di Hari Guru tahun 2025 ini, saya harus jujur: saya belum sempurna.
Kekurangan yang Menjadi Pengingat
- Setiap tatapan mata polos yang menanti penjelasan, setiap tangan kecil yang terangkat meminta bimbingan, seolah-olah memperjelas celah-celah dalam diri saya.
- Saya bukan ensiklopedia berjalan. Ada kalanya saya harus jeda, mengakui, "Mari kita cari jawabannya bersama,"Pengakuan yang terasa seperti kegagalan di tengah tuntutan untuk tahu segalanya.
- Saya masih belajar tentang empati yang sesungguhnya. Terkadang, kelelahan membuat nada suara saya meninggi, ketidaksabaran menyeruak saat harus mengulang materi untuk kesekian kalinya, dan saya khawatir itu melukai semangat belajar mereka.
- Rencana pelajaran saya tidak selalu berhasil. Beberapa eksperimen gagal menciptakan percikan "Aha!" yang saya harapkan. Beberapa diskusi menjadi kering, dan saya menyalahkan diri sendiri karena belum menemukan kunci ajaib untuk setiap jenis pikiran.
Sebuah Permohonan yang Tulus
Di hari menjadi perayaan ini, doa saya adalah sebuah permohonan yang tulus, ditujukan kepada mereka yang menjadi alasan saya berdiri di sini: para murid saya.
Wahai anak-anakku tersayang!
Saya harap, di tengah kekurangan saya, kalian bisa menemukan inti dari apa yang coba saya berikan. Saya harap kalian dapat menerima saya sebagai pendidik yang otentik, yang juga manusia biasa, yang masih berjuang untuk menjadi versi terbaik dirinya.
Terimalah pelajaran yang saya berikan dengan segala keterbatasannya. Ambillah ilmu yang relevan, tinggalkan cara penyampaian yang kurang pas. Lihatlah pada upaya yang tulus, bukan pada kesempurnaan performa.
Harapan yang Melampaui Ruang Kelas
Pada akhirnya, refleksi ini bermuara pada satu harapan tunggal yang melampaui segala capaian kurikulum atau angka rapor:
Saya berharap kalian memiliki kehidupan yang lebih baik.
Saya tidak berambisi untuk menciptakan miniatur dari diri saya; saya ingin kalian menjadi versi yang lebih besar, lebih berani, dan lebih bahagia dari apa pun yang pernah saya bayangkan.
- Semoga kalian menemukan kekuatan untuk mengejar impian tanpa ragu.
- Semoga kalian memiliki kebijaksanaan untuk membedakan antara yang benar dan yang mudah.
- Semoga kalian menemukan kedamaian di hati dan kehangatan di rumah kalian.
- Semoga kalian sukses tidak hanya dalam karir, tetapi dalam kualitas hidup, dalam cinta, dan dalam kemanusiaan.
Jika suatu saat nanti, kalian mengingat guru yang belum sempurna ini, saya harap kenangan itu adalah kenangan tentang seseorang yang, meskipun sering tersandung, selalu berdiri kembali untuk menunjukkan bahwa belajar dan berkembang adalah perjalanan seumur hidup, sebuah perjalanan yang tak pernah berakhir, bahkan bagi seorang guru.
Selamat Hari Guru Nasional 2025. Semoga semangat belajar kita, baik murid maupun guru, tak pernah padam.
.png)

Tidak ada komentar:
Posting Komentar