Mengenai Saya

Foto saya
Semua orang bisa menjadi Guru dan semua orang bisa menjadi Murid.

Senin, 30 September 2024

Laporan Kegiatan Kunjungan Lapangan Fasil PSP Termin 1

 



I. Pendahuluan

Kegiatan kunjungan lapangan fasilitator Sekolah Penggerak ini termin 1 bertujuan untuk memberikan pendampingan dalam implementasi pembelajaran berdiferensiasi di sekolah. Fokus utama kunjungan adalah pada Modul dan Asesmen Pembelajaran berdiferensiasi yang menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran berdiferensiasi, sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik peserta didik.

II. Kegiatan Kunjungan Lapangan

    1. Pembukaan
    2. Pemaparan tujuan kunjungan lapangan
    3. Pemaparan topik terpilih
    4. Pemaparan contoh Modul ajar/asesmen
    5. Pemaparan  Modul ajar/asesmen yang dimiliki guru
    6. Pembuatan RTL (akan ditagih pada kunjungan lapangan termin 2 bulan Debruari 2025)
    7. Penutupan

III. Tujuan Kegiatan

Tujuannnya untuk melakukan pemetaan, refleksi, penguatan, dan penyusunan tindak lanjut yang dapat dilakukan oleh sekolah untuk meningkatkan peningkatan kompetensi guru dan kepala sekolah

IV. Waktu dan Tempat
Kegiatan ini dilaksanakan pada:
Tanggal: 28 September 2024 
Tempat: SDN Mirat II
Pukul: 10.00 s.d 13.45 WIB

V. Peserta Kegiatan
Peserta kegiatan terdiri dari: Pengawas Pembina, Kepala sekolah, Guru kelas, dan guru mata pelajaran.

VI. TopikPenguatan

Modul dan Asesmen Pembelajaran berdiferensiasi

VII. Rangkaian Kegiatan

  1. Pembukaan dan Pengarahan; Kegiatan diawali dengan sambutan dari kepala sekolah dan Pengawas Pembina. Pada sesi ini, dijelaskan pentingnya pembelajaran berdiferensiasi dan bagaimana penyusunan modul/RPP dapat memfasilitasi kebutuhan peserta didik yang beragam untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yang berdampak pada peningkatan prestasi peserta didik.
  2. Penjelasan Teori Modul dan Asesmen Pembelajaran berdiferensiasi; Fasilitator melakukan tanya jawab dengan peserta tentang perangkat pembelajaran, Beberapa guru menjawab dengan antusias tentang perangkat Pembelajaran terdiri dari:

    • Modul Ajar
    • Bahan Ajar
    • Media Pembelajaran
    • LKPD
    • Kisi-kisi, Rubrik penilaian

Ibarat mau perang, guru harus memiliki alat perang yang lengkap sehingga semua perangkat pembelajaran di atas itu harus ada.

Fasilitator menjelaskan tentang Prinsip UBD (Understanding by Design)  yaitu rancangan pembelajaran akan berfokus pada tujuan pembelajaran yang hendak dicapai, kemudian menentukan alat untuk mengukur ketercapaian pembelajaran, lalu menyusun langkah atau cara mengajarkannya. Itulah mengapa prinsip ini disebut juga sebagai perancangan mundur atau backward design.


Secara umum tujuan pembelajaran terdiri dari:

  • Kompetensi
  • Lingkup materi

Untuk menentukan tujuan pembelajaran fasilitator meminta kepada peserta untuk menelaah RPP/modul yang dibuatnya, apakah sudah sesuai dengan prinsip ABCD, yang merupakan singkatan dari:

    1. Audience (peserta)
    2. Behavior (perilaku)/kompetensi 
    3. Conditions (kondisi)/stimulus 
    4. Degree (tingkatan)/kriteria

Peserta mengidentifikasi tujuan pembelajaran di RPP/modul ajarnya. Untuk Kompetensi peserta diminta untuk menggunakan Kata Kerja Oprasional (KKO) Taksonomi Bloom merupakan alat yang sangat berguna dalam merancang pembelajaran yang efektif. Dengan menggunakan KKO yang sesuai, guru dapat memastikan bahwa siswa mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan dan mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi dengan 6 level terdiri dari domain: kognitif, afektif dan psikomotor.

Selanjutnya peserta diminta seperti apa cara guru untuk menentukan asesmen yang diberikan kepada peserta didiknya? Kata kerja operasional yang tepat akan memudahkan guru dalam menyusun asesmen.

Macam-Macam Asesmen

Asesmen terdiri dari:

    • Asesmen Awal Pembelajaran: Asesmen diagnostik dilakukan sebelum guru menyusun kegiatan pembelajaran.
    • Asesmen Formatif: Asesmen formatif dapat dilakukan saat pembelajaran dan dijadikan sebagai dasar dalam melakukan refleksi terhadap keseluruhan proses belajar. 
    • Asesmen Sumatif: Asesmen sumatif menjadi bagian dari perhitungan penilaian di akhir bab, akhir semester, atau akhir tahun.

Peserta didik adalah individu yang unik. Setiap peserta didik memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Karakteristik ini mencakup pemahaman awal atau tingkat capaian pembelajaran. Artinya, tidak semua peserta didik memiliki kemampuan awal yang sama terhadap materi yang disampaikan guru. Kegiatan pembelajaran di dalam kelas harus dilakukan sesuai dengan kebutuhan peserta didik. 

Aspek yang Dibedakan dalam Pembelajaran Berdiferensiasi

    • Konten: Materi pembelajaran dapat disesuaikan dengan tingkat kesulitan, kedalaman, atau kompleksitasnya sesuai dengan kemampuan siswa.
    • Proses: Cara penyampaian materi dapat bervariasi, misalnya melalui ceramah, diskusi, proyek, atau pembelajaran mandiri.
    • Produk: Tugas atau proyek yang diberikan kepada siswa dapat disesuaikan dengan minat dan gaya belajar mereka.

Siswa dapat dikelompokkan berdasarkan:

    • Kesiapan belajar
    • Gaya belajar
    • Minat, dll

Berikut contoh implementasi pembelajaran berdiferensiasi





Implementasi pembelajaran berdiferensiasi(KONTEN); tujuan pembelajaran tetap sama, misalnya “memahami konsep pecahan dan bangun ruang”. Namun, guru menyediakan beberapa aktivitas menjadi sentra sesuai dengan tingkat kesiapan siswa untuk memahami konsep pecahan dan bangun ruang.

Berikut contoh implementasi pembelajaran berdiferensiasi (KONTEN) berdasarkan kesiapan belajar: 
  • Kelompok 1  (MASIH PERLU BIMBINGAN) adalah siswa yang masih memerlukan penguatan materi dan diberikan oleh guru langsung. 
  • Kelompok 2 (MAHIR) adalah kelompok yang memahami konsep dasar dan dapat diberikan studi kasus dengan tingkat kompleksitas lebih tinggi. 
  • Kelompok 3 (SANGAT MAHIR) adalah kelompok dengan kompleksitas tertinggi karena melakukan praktik mandiri secara langsung dan melakukan analisa pecahan dan bangun ruang.

Berikut contoh implementasi pembelajaran berdiferensiasi (PROSES) berdasarkan kesiapan belajar:
  • Kelompok 1  (MASIH PERLU BIMBINGAN) adalah memberikan penjelasan yang lebih sederhana dan terstruktur. Siswa diberikan aktivitas yang lebih konkret dan visual untuk membantu mereka memahami konsep secara nyata, seperti menggunakan manipulatif atau materi bantu. Guru memberikan waktu tambahan dan dukungan individual kepada siswa yang membutuhkannya untuk memperkuat pemahaman mereka
  • Kelompok 2 (MAHIR) adalah memberikan penjelasan yang lebih rinci dan mendalam tentang konsep pecahan dan bangun ruang. Siswa diberikan kesempatan untuk berlatih melalui serangkaian latihan yang progresif, mulai dari yang lebih sederhana hingga lebih kompleks. 
  • Kelompok 3 (SANGAT MAHIR), Guru memberikan tugas yang lebih kompleks dan menantang yang melibatkan pemecahan masalah dengan menggunakan pecahan dan bangun ruang. Siswa diajak untuk menerapkan konsep yang dipelajari dalam konteks realistik, seperti dalam situasi kehidupan sehari-hari atau aplikasi praktis. 

Berikut contoh implementasi pembelajaran berdiferensiasi (PRODUK) berdasarkan kesiapan belajar:
  • Kelompok 1  (MASIH PERLU BIMBINGAN), Menyelesaikan latihan soal matematika yang difokuskan pada pemahaman dasar konsep pecahan dan bangun ruang.
  • Kelompok 2 (MAHIR), Menyelesaikan latihan soal matematika yang melibatkan pemecahan pecahan dan konsep bangun ruang yang lebih sederhana dan berulang. 
  • Kelompok 3 (SANGAT MAHIR), Menyelesaikan soal matematika yang melibatkan pemecahan pecahan yang lebih kompleks dan aplikasi konsep bangun ruang yang lebih sulit, serta membuat proyek atau presentasi.

VI. Hasil Kegiatan
  1. Guru lebih memahami Modul dan Asesmen Pembelajaran berdiferensiasi.
  2. Guru memiliki keterampilan untuk menyesuaikan strategi pembelajaran dengan kebutuhan peserta didik.

VII. Kesimpulan dan Rekomendasi

Kegiatan ini memberikan dampak positif bagi peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah. Diharapkan kegiatan serupa dapat terus dilakukan untuk mendukung guru dalam menerapkan pembelajaran berdiferensiasi yang responsif terhadap keragaman siswa dengan penyusunan modul/RPP dan asesmen. Guru harus proaktif untuk meningkatkan kompetensinya.


Klik di bawah untuk lihat dokumentasi

 Dokummetasi kegiatan  

 

Sabtu, 28 September 2024

Pembelajaran Berdiferensiasi

 


Mahasiswa PPG Prajabatan Guru Kelas SD UPI Tahun 2021

Pembelajaran berdiferensiasi adalah pendekatan pembelajaran yang mengakui bahwa setiap siswa memiliki kebutuhan, minat, dan gaya belajar yang berbeda-beda. Dalam kelas yang beragam, tidak semua siswa akan belajar dengan cara yang sama atau pada kecepatan yang sama. Oleh karena itu, pembelajaran berdiferensiasi bertujuan untuk menciptakan lingkungan belajar yang fleksibel dan memungkinkan setiap siswa untuk mencapai potensi maksimalnya.

Mengapa Pembelajaran Berdiferensiasi Penting?

  • Mengenali Keunikan Setiap Siswa: Setiap siswa adalah individu yang unik. Dengan pembelajaran berdiferensiasi, guru dapat lebih memahami dan menghargai perbedaan ini.
  • Meningkatkan Motivasi dan Partisipasi Siswa: Ketika siswa merasa bahwa pembelajaran disesuaikan dengan kebutuhan mereka, mereka akan lebih termotivasi untuk belajar dan terlibat aktif dalam proses pembelajaran.
  • Meningkatkan Hasil Belajar: Pembelajaran yang disesuaikan dapat membantu siswa mencapai pemahaman yang lebih dalam dan menguasai materi dengan lebih baik.

Aspek yang Dibedakan dalam Pembelajaran Berdiferensiasi

  • Konten: Materi pembelajaran dapat disesuaikan dengan tingkat kesulitan, kedalaman, atau kompleksitasnya sesuai dengan kemampuan siswa.
  • Proses: Cara penyampaian materi dapat bervariasi, misalnya melalui ceramah, diskusi, proyek, atau pembelajaran mandiri.
  • Produk: Tugas atau proyek yang diberikan kepada siswa dapat disesuaikan dengan minat dan gaya belajar mereka.
  • Lingkungan Belajar: Guru dapat menciptakan lingkungan belajar yang mendukung berbagai gaya belajar, misalnya dengan menyediakan berbagai sumber belajar atau mengatur ruang kelas yang fleksibel.

Contoh Penerapan Pembelajaran Berdiferensiasi

  • Membuat kelompok belajar yang heterogen: Siswa dengan kemampuan yang berbeda-beda dapat saling membantu dan belajar satu sama lain.
  • Memberikan pilihan tugas: Siswa dapat memilih tugas yang sesuai dengan minat dan gaya belajar mereka.
  • Menggunakan berbagai media pembelajaran: Guru dapat menggunakan berbagai media seperti video, gambar, atau simulasi untuk menyampaikan materi.
  • Memberikan umpan balik yang individual: Guru dapat memberikan umpan balik yang spesifik dan konstruktif kepada setiap siswa.

Manfaat Pembelajaran Berdiferensiasi

  • Meningkatkan efektivitas pembelajaran: Setiap siswa dapat belajar dengan cara yang paling efektif bagi mereka.
  • Membuat pembelajaran lebih menyenangkan: Siswa merasa lebih terlibat dan tertantang dalam pembelajaran.
  • Mempersiapkan siswa untuk dunia nyata: Di dunia yang semakin kompleks, kemampuan untuk belajar secara mandiri dan beradaptasi dengan berbagai situasi sangat penting.

Tantangan dalam Menerapkan Pembelajaran Berdiferensiasi

  • Membutuhkan persiapan yang matang: Guru perlu merencanakan pembelajaran dengan cermat dan fleksibel.
  • Membutuhkan sumber daya yang cukup: Guru perlu memiliki akses ke berbagai sumber belajar dan teknologi.
  • Membutuhkan kolaborasi dengan sesama guru: Guru perlu bekerja sama dengan rekan sejawat untuk berbagi ide dan sumber daya.

Miskonsepsi Pembelajaran Berdiferensiasi

Pembelajaran berdiferensiasi merupakan pendekatan yang sangat baik untuk memenuhi kebutuhan belajar siswa yang beragam. Namun, seringkali terdapat beberapa kesalahpahaman atau miskonsepsi yang menghambat penerapannya secara efektif. Berikut beberapa miskonsepsi yang umum ditemui:

  1. Pembelajaran Berdiferensiasi Berarti Memberikan Tugas yang Berbeda untuk Setiap Siswa:

    • Miskonsepsi: Banyak guru berpikir bahwa mereka harus membuat rencana pembelajaran yang sepenuhnya berbeda untuk setiap siswa.
    • Faktanya: Pembelajaran berdiferensiasi tidak selalu berarti memberikan tugas yang unik untuk setiap individu. Guru dapat mengelompokkan siswa berdasarkan kesamaan kebutuhan atau minat mereka, kemudian memberikan tugas yang bervariasi dalam kelompok tersebut.
  2. Pembelajaran Berdiferensiasi Hanya untuk Siswa Berkebutuhan Khusus:

    • Miskonsepsi: Pembelajaran berdiferensiasi sering dikaitkan dengan siswa yang memiliki kesulitan belajar.
    • Faktanya: Pembelajaran berdiferensiasi bermanfaat untuk semua siswa, termasuk mereka yang memiliki potensi tinggi. Tujuannya adalah untuk memberikan tantangan yang sesuai bagi setiap siswa agar mereka terus berkembang.
  3. Pembelajaran Berdiferensiasi Akan Menyebabkan Kekacauan di Kelas:

    • Miskonsepsi: Beberapa guru khawatir bahwa memberikan terlalu banyak pilihan atau fleksibilitas akan membuat kelas menjadi tidak terkendali.
    • Faktanya: Dengan perencanaan yang baik dan struktur kelas yang jelas, pembelajaran berdiferensiasi dapat berjalan dengan lancar. Guru perlu memberikan panduan yang jelas kepada siswa mengenai apa yang diharapkan dari mereka.
  4. Pembelajaran Berdiferensiasi Berarti Tidak Ada Standar yang Sama untuk Semua Siswa:

    • Miskonsepsi: Beberapa orang khawatir bahwa pembelajaran berdiferensiasi akan menurunkan standar pembelajaran.
    • Faktanya: Pembelajaran berdiferensiasi justru dapat meningkatkan pencapaian siswa karena mereka diberikan kesempatan untuk belajar dengan cara yang paling efektif bagi mereka. Semua siswa tetap memiliki tujuan pembelajaran yang sama, hanya saja cara mencapai tujuan tersebut yang berbeda-beda.
  5. Pembelajaran Berdiferensiasi Hanya Berfokus pada Gaya Belajar:

    • Miskonsepsi: Banyak guru yang mengklasifikasikan siswa berdasarkan gaya belajar (visual, auditori, kinestetik) dan kemudian memberikan tugas yang sesuai.
    • Faktanya: Gaya belajar hanyalah salah satu aspek yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran berdiferensiasi. Faktor lain yang perlu dipertimbangkan adalah kesiapan belajar, minat, dan profil belajar siswa.

Mengapa Penting untuk Meluruskan Miskonsepsi Ini?

  • Penerapan yang Efektif: Dengan memahami konsep yang benar, guru dapat menerapkan pembelajaran berdiferensiasi secara efektif di kelas.
  • Meningkatkan Motivasi Siswa: Ketika siswa merasa bahwa pembelajaran disesuaikan dengan kebutuhan mereka, mereka akan lebih termotivasi untuk belajar.
  • Meningkatkan Hasil Belajar: Pembelajaran yang disesuaikan dapat membantu siswa mencapai pemahaman yang lebih dalam dan menguasai materi dengan lebih baik.

Kesimpulan

Pembelajaran berdiferensiasi adalah pendekatan yang sangat penting untuk menciptakan lingkungan belajar yang inklusif dan efektif. Dengan memahami kebutuhan dan perbedaan setiap siswa, guru dapat membantu semua siswa mencapai potensi maksimal mereka.

Jumat, 27 September 2024

Menjadi Guru Milenial di Era Digital

 



Perkembangan teknologi yang begitu pesat telah mengubah lanskap pendidikan secara signifikan. Sebagai seorang guru milenial, Anda memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk generasi muda yang siap menghadapi tantangan masa depan. Namun, menjadi guru di era digital ini menuntut lebih dari sekadar menguasai materi pelajaran. Anda perlu menjadi seorang inovator, fasilitator, dan motivator yang mampu menginspirasi siswa.

Tantangan dan Peluang Menjadi Guru Milenial

  • Tantangan:
  1. Perkembangan teknologi yang cepat: Guru harus terus belajar dan beradaptasi dengan teknologi baru.
  2. Perbedaan gaya belajar siswa: Setiap siswa memiliki gaya belajar yang unik, sehingga guru perlu menciptakan pembelajaran yang variatif.
  3. Distraksi digital: Adanya gadget dan internet dapat menjadi penghambat dalam proses belajar.
  • Peluang:
    1. Akses informasi yang mudah: Siswa dapat mengakses informasi dari berbagai sumber dengan mudah.
    2. Pembelajaran yang lebih menarik: Teknologi memungkinkan guru menciptakan pembelajaran yang lebih interaktif dan menyenangkan.
    3. Kolaborasi global: Siswa dapat berkolaborasi dengan siswa dari berbagai negara.

Kualitas yang Dibutuhkan Guru Milenial

  1. Menguasai teknologi: Guru harus mampu memanfaatkan teknologi untuk mendukung pembelajaran, seperti menggunakan aplikasi pembelajaran, platform online, atau media sosial.
  2. Kreatif dan inovatif: Guru perlu menciptakan pembelajaran yang menarik dan tidak membosankan.
  3. Fleksibilitas: Guru harus siap menghadapi perubahan dan siap untuk menyesuaikan metode pembelajaran.
  4. Keterampilan komunikasi yang baik: Guru harus mampu berkomunikasi dengan baik dengan siswa, orang tua, dan rekan sejawat.
  5. Pembelajar sepanjang hayat: Guru harus terus belajar dan mengembangkan diri.

Tips Menjadi Guru Milenial yang Sukses

  1. Gunakan teknologi dengan bijak: Integrasikan teknologi ke dalam pembelajaran secara efektif.
  2. Buat pembelajaran yang interaktif: Libatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran.
  3. Berikan umpan balik yang konstruktif: Bantu siswa untuk memperbaiki diri.
  4. Jalin hubungan yang baik dengan siswa: Buat siswa merasa nyaman dan termotivasi.
  5. Berkolaborasi dengan guru lain: Tukar pengalaman dan ide dengan guru lain.
  6. Ikuti perkembangan teknologi pendidikan: Selalu update informasi tentang teknologi terbaru.
Menjadi guru milenial adalah sebuah panggilan yang menuntut dedikasi dan semangat yang tinggi. Dengan memanfaatkan teknologi, kreativitas, dan keterampilan komunikasi yang baik, Anda dapat menjadi seorang guru yang inspiratif dan mampu mencetak generasi muda yang cerdas dan berkarakter. Guru Mileneal bukan ditentukan umur, umur hanya hitungan angka, siapapun bisa asala mau beradaftasu dengan oerkembangan tenologi.
Selamat Berproses!

Kamis, 26 September 2024

Kata Kerja Operasional Taksonomi Bloom



Kata Kerja Operasional (KKO) adalah kata kerja yang digunakan untuk menjelaskan secara spesifik tindakan atau perilaku yang diharapkan dapat dilakukan oleh peserta didik setelah mengikuti suatu proses pembelajaran. KKO ini sangat penting dalam merumuskan tujuan pembelajaran yang jelas, terukur, dan dapat diamati. Kata Kerja Operasional (KKO) Taksonomi Bloom merupakan alat yang sangat berguna dalam merancang pembelajaran yang efektif. Dengan menggunakan KKO yang sesuai, guru dapat memastikan bahwa siswa mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan dan mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi.

Taksonomi Bloom adalah kerangka kerja yang mengklasifikasikan tujuan pembelajaran ke dalam beberapa tingkatan kompleksitas, mulai dari yang paling dasar hingga yang paling tinggi. Setiap tingkatan ini dikaitkan dengan kata kerja operasional tertentu. Dengan menggunakan KKO yang sesuai dengan tingkatan Taksonomi Bloom, guru dapat merancang kegiatan pembelajaran yang efektif dan menilai pencapaian siswa secara tepat.

Tingkatan Taksonomi Bloom dan Contoh KKO

Taksonomi Bloom yang direvisi mengidentifikasi enam tingkatan kognitif, yaitu:

  1. Mengingat (Remembering): Mengambil kembali informasi yang telah dipelajari sebelumnya.
    • Contoh KKO: menyebutkan, mengulang, mengidentifikasi, mendefinisikan.
  2. Memahami (Understanding): Menerjemahkan, memberikan contoh, mengklasifikasikan, meringkas, menjelaskan.
  3. Menerapkan (Applying): Menggunakan informasi dalam situasi baru, memecahkan masalah.
    • Contoh KKO: menggunakan, menunjukkan, memilih, mengoperasikan, membuat.
  4. Menganalisis (Analyzing): Memecah informasi menjadi bagian-bagian, mengidentifikasi hubungan, membedakan.
    • Contoh KKO: membandingkan, mengkontraskan, mengategorikan, menganalisis, menyimpulkan.
  5. Mengevaluasi (Evaluating): Menilai informasi berdasarkan kriteria tertentu, membuat keputusan.
    • Contoh KKO: menilai, mengkritik, membenarkan, memilih, mendukung.
  6. Menciptakan (Creating): Menggabungkan informasi untuk membentuk sesuatu yang baru, merencanakan, menghasilkan.
    • Contoh KKO: merancang, membuat, mengembangkan, merumuskan, menyusun.

Manfaat Menggunakan KKO Taksonomi Bloom

  • Tujuan pembelajaran lebih jelas: KKO membantu guru merumuskan tujuan pembelajaran yang spesifik dan mudah dipahami.
  • Penilaian lebih objektif: Kriteria penilaian menjadi lebih jelas karena berfokus pada perilaku yang dapat diamati.
  • Pembelajaran lebih terarah: Guru dapat merancang kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan tingkat berpikir siswa.
  • Pengembangan kemampuan berpikir tingkat tinggi: Penggunaan KKO yang bervariasi mendorong siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis, analitis, dan kreatif.

Contoh Penggunaan KKO dalam Merumuskan Tujuan Pembelajaran

  • Tujuan: Siswa dapat memahami konsep pecahan.
    • KKO Tingkat Memahami: Siswa dapat menjelaskan pengertian pecahan dengan menggunakan contoh konkret.
  • Tujuan: Siswa dapat menyelesaikan soal cerita tentang perkalian pecahan.
    • KKO Tingkat Menerapkan: Siswa dapat memilih operasi hitung yang tepat dan menyelesaikan soal cerita tentang perkalian pecahan.
Taksonomi untuk tujuan pendidikan adalah kategorisasi tujuan pendidikan yang digunakan untuk merumuskan tujuan kurikulum dan tujuan pembelajaran.

Taksonomi Bloom merujuk kepada taksonomi yang dibuat untuk tujuan pendidikan. Taksonomi ini pertama kali dirancang oleh Benjamin S. Bloom pada tahun 1956. Menurut Bloom, tujuan pendidikan dibagi menjadi beberapa domain dan setiap ranah atau domain tersebut dibagi kembali ke dalam pembagian yang lebih rinci berdasarkan hirarkinya.

Tujuan pendidikan dibagi ke dalam 3 domain, yaitu:

  1. Kognitif, berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berpikir.
  2. Afektif, berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri.
  3. Psikomotor, berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek keterampilan motorik seperti tulisan tangan, mengetik, berenang, dan mengoperasikan mesin.

Tabel KKO Taksonomi Bloom

A. Kognitif
B. Afektif


C. Psikomotor



Demikian semoga bermanfaat.










Menyusun Tujuan Pembelajaran dengan Metode ABCD

 


Metode penyusunan tujuan pembelajaran ABCD adalah suatu kerangka kerja yang sangat berguna dalam merumuskan tujuan pembelajaran secara spesifik, terukur, dapat dicapai, relevan, dan berjangka waktu (SMART). ABCD merupakan singkatan dari:

  1. Audience (Peserta): Siapa yang akan belajar? (siswa, mahasiswa, peserta pelatihan, dll.)
  2. Behavior (Perilaku): Apa yang diharapkan peserta dapat lakukan setelah pembelajaran? (mengetahui, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, menciptakan)
  3. Condition (Kondisi): Dalam kondisi apa perilaku tersebut ditunjukkan? (dengan bantuan alat, dalam kelompok, secara individu, dll.)
  4. Degree (Derajat): Seberapa baik perilaku tersebut harus ditunjukkan? (dengan akurasi 80%, dalam waktu 10 menit, dll.)

Langkah-langkah Menyusun Tujuan Pembelajaran dengan Metode ABCD

  1. Identifikasi Capaian Pembelajaran:

    Tentukan kompetensi atau hasil belajar yang ingin dicapai siswa setelah proses pembelajaran. Pahami dengan jelas apa yang diharapkan siswa kuasai.
  2. Tentukan Audience: Siapa sasaran pembelajaran Anda? Siswa kelas berapa? Jurusan apa? Tingkat pendidikan apa?
  3. Rumuskan Perilaku: 

    Pilih kata kerja operasional yang jelas dan spesifik untuk menggambarkan perilaku yang diharapkan. Contoh kata kerja operasional: menyebutkan, menjelaskan, membandingkan, mengklasifikasikan, menyimpulkan, menciptakan.
  4. Tentukan Kondisi: 

    Dalam kondisi apa perilaku tersebut akan ditunjukkan?Misalnya, dengan menggunakan sumber belajar tertentu, dalam situasi masalah tertentu, atau dalam bentuk tugas tertentu.
  5. Tentukan Derajat: 

    Seberapa baik perilaku tersebut harus ditunjukkan Tetapkan kriteria keberhasilan yang jelas dan terukur. Misalnya, dengan tingkat akurasi tertentu, dalam waktu tertentu, atau dengan skor tertentu.

Contoh Penerapan Metode ABCD

Capaian Pembelajaran: Siswa dapat memahami konsep pecahan sederhana.

Tujuan Pembelajaran dengan Metode ABCD:

A: Siswa kelas 4 SD
B: Menjelaskan
C: Dengan menggunakan model konkret (misalnya, kue yang dipotong-potong)
D: Dengan benar minimal 80% dari soal yang diberikan

Tujuan Pembelajaran yang Terbentuk:

Setelah mengikuti pembelajaran, siswa kelas 4 SD dapat menjelaskan konsep pecahan sederhana dengan menggunakan model konkret dengan benar minimal 80% dari soal yang diberikan.

Manfaat Menggunakan Metode ABCD

  1. Tujuan lebih jelas dan spesifik: Membantu guru merancang kegiatan pembelajaran yang lebih terarah.
  2. Penilaian lebih objektif: Kriteria keberhasilan yang jelas memudahkan guru dalam menilai pencapaian siswa.
  3. Peningkatan kualitas pembelajaran: Dengan tujuan yang jelas, guru dapat memilih metode dan media pembelajaran yang tepat.

Hal lain yang harus diperhatikan:

  1. Libatkan siswa dalam merumuskan tujuan pembelajaran untuk meningkatkan motivasi belajar.
  2. Gunakan beragam kata kerja operasional untuk menghindari kebosanan.
  3. Sesuaikan tingkat kesulitan tujuan pembelajaran dengan kemampuan siswa.
  4. Lakukan review dan revisi terhadap tujuan pembelajaran secara berkala.

Dengan menggunakan metode ABCD, kita dapat merancang tujuan pembelajaran yang lebih efektif dan memastikan bahwa siswa mencapai hasil belajar yang optimal.

Demikian semoga bermanfaat.



Jumat, 13 September 2024

Visitasi Akreditasi Hari Pertama di SDN Mirat II


        SDN Mirat II Kecamatan Leuwimunding menjadi pusat perhatian Tim Asesor BAN PDM Provinsi Jawa Barat dengan dilaksanakannya visitasi akreditasi dari tanggal 13-14 September 2024. Visitasi akreditasi ini memiliki tujuan utama untuk memotret secara objektif sejauh mana sekolah telah memenuhi standar nasional pendidikan. Hasil dari penilaian ini akan menjadi dasar bagi sekolah untuk melakukan perbaikan dan peningkatan kualitas pendidikan.

    Visitasi hari pertama dilaksanakan hari Jum'at tanggal 13 September 2024 dimulai dengan penyambutan Tim Asesor oleh Ketua PGRI Cabang Leuwimunding Bapak Jamat Agus Suganda, S.Pd.,M.M.Pd., Ketua KKPS Bapak Heri Sugiarto, S.Pd., M.M., Pengawas Pembina Bapak H. Abdul Haris, S.Pd., M.Pd., kepala sekolah Bapak Endung, S.Pd.. peserta didik, guru, dan Komite sekolah dengan iringan rebana. Tampak wajah-wajah sumringah penuh bahagia menyambut kedatangan Tim Asesor dimulai dari pintu gerbang sekolah, sesekali diiringi yel-yel semangat dari peserta didik.

        Upacara pembukaan dipandu oleh Ibu Lia Pratiwi, S.Pd. Guru Penggerak SDN Mirat II, diawali ucapan Basmallah kemudian Menyanyikan lagu Indonesia Raya yang dipimpin Ibu Linda Yuliandini, S.Pd. Lantunan suara merdu ayat suci Al’ Qur’an oleh Najwa Maulana Putri murid kelas 6. Agar kegiatan berlangsung dengan sukses do’a dipimpin Bapak Endrik, S.Pd. Guru PAI. 

        Pengawas Pembina Bapak H. Abdul Haris, S.Pd. M.Pd. dalam sambutannya berharap akreditasi visitasi dapat menjadi motivasi bagi sekolah untuk lebih meningkatkan kualitas pendidikan. 

        Penjelasan singkat kegiatan visitasi akreditasi disampaikan Asesor Ibu Dr. Hj. Widayanti, S.Pd.,M.Pmat. Beliau menyampiakan Berdasarkan surat tugas yang dikeluarkan oleh BAN-PDM Provinsi dengan Nomor 0824/BAN-PDM-JABAR/TU/2024 pada tanggal 06 September 2024, tim asesor yang terdiri atas: Dr. Hj. Widayanti, S.Pd, M.Pmat dan Siti Asiyah,S.Pd., M.M, akan melaksanakan visitasi selama 2 hari dari tanggal 13 September 2024 s.d. 14 September 2024. Kegiatan visitasi dilakukan melalui observasi, telaah dokumen dan wawancara dalam rangka verifikasi, serta validasi terhadap data dan informasi yang diberikan oleh SDN Mirat II Majalengka melalui instrumen akreditasi. Kepala SDN Mirat II memaparkan singkat mengenai profil sekolah mencakup visi; Terwujudnya Ekosistem Pendidikan yang BISA (Berkarakter, Inovatif, Sanintific, dan Aktif) yang berorientasi pada IPTEK, dan berwawasan lingkungan budaya, profil sekolah lainnya, proses pembelajaran, penilaian dan Evaluasi Pembelajaran dengan kurikulum Merdeka serta prestasi yang telah dicapai. Dalam sesi presentasi dilanjutkan dengan dialog antara asesor dan Kepala sekolah terkait pengelolaan menejemen sekolah. 

    Penutupan acara pembukaan dipandu oleh MC dengan bersama-sama mengucapkan hamdallah. Acara dilanjutkan dengan wawancara dengan komite sekolah bertujuan  untuk mendapatkan gambaran yang komprehensif mengenai keterlibatan, dukungan, dan peran aktif komite dalam pengelolaan sekolah. Kepada orang tua/wali bertujuan untuk mendapatkan perspektif dari pihak eksternal mengenai kualitas pendidikan yang diberikan sekolah.Wawancara dengan guru kepada guru diwakili: Ibu Lia Pratiwi, Ibu Linda Yuliandini, dan Bapak Endrik dengan tujuan:

  • Memvalidasi data informasi yang diperoleh dari dokumen dengan keterangan langsung dari guru.
  • Mendapatkan perspektif yang lebih luas untuk memahami situasi sekolah dari sudut pandang guru.
  • Mengetahui aspek-aspek yang sudah baik dan yang perlu diperbaiki di sekolah.

Hasil dan Temuan

  1. Aspek Sarana dan Prasarana; Berdasarkan observasi, SDN Mirat II memiliki sarana dan prasarana yang memadai untuk mendukung proses pembelajaran. Namun, terdapat beberapa catatan terkait WC yang belum sesuai dengan standar sarana dan prasarana.
  2. Aspek Manajemen Sekolah: Manajemen sekolah berjalan dengan baik dan transparan. Program-program pengembangan sekolah direncanakan secara sistematis, namun perlu peningkatan dalam manajemen evaluasi dan pengembangan profesional guru.

Penutup

        Visitasi akreditasi di SDN Mirat II berjalan dengan lancar dan sesuai rencana. Diharapkan hasil dari visitasi ini dapat menjadi dasar bagi peningkatan mutu pendidikan di SDN Mirat II dalam upaya mencapai perjalanan menuju sekolah yang lebih baik tidak pernah berhenti. Mari kita jadikan hasil penilaian ini sebagai motivasi untuk terus belajar dan berkembang. Bersama kita BISA! Semoga bermanfaat!

Panduan Akreditasi Dikdasmen

Foto Kegiatan




































































Visitasi Akreditasi hari Kedua (Terakhir)

  Hari/Tanggal:  Sabtu, 14 September 2024 Kegiatan: Observasi Pembelajaran di Kelas 5 dan Kelas 3 A. Pendahuluan Laporan ini disusun sebaga...